Minggu, 27 Desember 2015

Dunia Untuk Pemimpi

Pengarang: Komarudin
Kategori: Kehidupan
Ceritakan aku tentang surga..
Dan selir-selir disana..
Aku ini tak punya rupa..
Jangankan disana..
Duniapun menolakku..
Biar aku sembunyikan wajahku..
Untuk sandaran putri tidur..
Sampai ia terbangun..
Menanti detak jantung kedua..
Sebuah kecupan pangeran buruk rupa..
Dongengkan aku..
Tentang negri yang jauh..
Tentang hidup yang abadi..
Untuk nafas yang tak berhembus lagi..
Jalan panjang untuk pemimpi
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1363#sthash.YPJ4i5Fm.dpuf

 Sambutlah ‘si CINTA’

Saat malam mulai larut
Suasanapun semakin senyap
Aku terbujur dalam kekakuan
Karena hati terpasung dalam kesepian

Kesedihan dengan kesendirian

Seakan menggugurkan sejuta harapan
Sepinya malam berlalu sudah
Pagi datang mengawali hari baru
Aku terbangun dari panjangnya malam
Perlahan aku bergerak,
Berdiri dan kubuka jendela
Tersiratlah cahaya mentari pagi
Menyinari……
Menghempaskan semua khayalan kepahitan

Memang, Aku harus tetap tegar berdiri
Songsong hari yang baru
Sambut dengan sesuatu yang indah
Wujudkan misteri cita dan cinta

Sambutlah ‘si CINTA’ yang cantik
Berikan dia senyum
Warnailah hari-hari dengan cinta

 

Dunia Untuk Pemimpi

Pengarang: Komarudin
Kategori: Kehidupan
Ceritakan aku tentang surga..
Dan selir-selir disana..
Aku ini tak punya rupa..
Jangankan disana..
Duniapun menolakku..
Biar aku sembunyikan wajahku..
Untuk sandaran putri tidur..
Sampai ia terbangun..
Menanti detak jantung kedua..
Sebuah kecupan pangeran buruk rupa..
Dongengkan aku..
Tentang negri yang jauh..
Tentang hidup yang abadi..
Untuk nafas yang tak berhembus lagi..
Jalan panjang untuk pemimpi
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1363#sthash.YPJ4i5Fm.dpuf

Dunia Untuk Pemimpi

Pengarang: Komarudin
Kategori: Kehidupan
Ceritakan aku tentang surga..
Dan selir-selir disana..
Aku ini tak punya rupa..
Jangankan disana..
Duniapun menolakku..
Biar aku sembunyikan wajahku..
Untuk sandaran putri tidur..
Sampai ia terbangun..
Menanti detak jantung kedua..
Sebuah kecupan pangeran buruk rupa..
Dongengkan aku..
Tentang negri yang jauh..
Tentang hidup yang abadi..
Untuk nafas yang tak berhembus lagi..
Jalan panjang untuk pemimpi
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1363#sthash.YPJ4i5Fm.dpuf

Dunia Untuk Pemimpi

Pengarang: Komarudin
Kategori: Kehidupan
Ceritakan aku tentang surga..
Dan selir-selir disana..
Aku ini tak punya rupa..
Jangankan disana..
Duniapun menolakku..
Biar aku sembunyikan wajahku..
Untuk sandaran putri tidur..
Sampai ia terbangun..
Menanti detak jantung kedua..
Sebuah kecupan pangeran buruk rupa..
Dongengkan aku..
Tentang negri yang jauh..
Tentang hidup yang abadi..
Untuk nafas yang tak berhembus lagi..
Jalan panjang untuk pemimpi
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1363#sthash.ilD3rrYA.dpuf

Dunia Untuk Pemimpi

Pengarang: Komarudin
Kategori: Kehidupan
Ceritakan aku tentang surga..
Dan selir-selir disana..
Aku ini tak punya rupa..
Jangankan disana..
Duniapun menolakku..
Biar aku sembunyikan wajahku..
Untuk sandaran putri tidur..
Sampai ia terbangun..
Menanti detak jantung kedua..
Sebuah kecupan pangeran buruk rupa..
Dongengkan aku..
Tentang negri yang jauh..
Tentang hidup yang abadi..
Untuk nafas yang tak berhembus lagi..
Jalan panjang untuk pemimpi
- See more at: http://www.kumpulan-puisi.com/poetry-detail.php?id=1363#sthash.ilD3rrYA.dpuf

Sabtu, 26 Desember 2015

jomblo di kejar mama

 Putri Handayani. Itu nama lengkap aku. Uti. Itu nama panggilanku. Pelajar. Itu statusku. Polos. Kata orang-orang itu jiwaku. Naruto. Itu anime kesukaanku. Tapi, “Jomblo” mungkin itu nasibku. Jomblo. Jomblo itu ibarat kue lapis yang punya kisah dan warna berlapis-lapis. Bukan cuma warna dan kisah yang berlapis-lapis, tapi Jomblo itu juga punya masalah yang berlapis-lapis. Jomblo juga ibarat permen yang punya rasa manis, asem dan asin. Ya, walau sebenarnya Jomblo itu lebih sering ngerasain rasa asem, asin, yang berlanjut ke rasa pahit. Rasa manis jarang datang ke orang-orang yang punya status Jomblo kayak aku.
Aku itu salah satu perempuan cantik yang nggak pintar, nggak punya banyak uang, nggak punya postur tinggi, tapi punya kulit putih, mata sipit, dan rambut lurus. Jujur, sampai sekarang aku juga bingung kenapa aku dengan keadaan yang hampir mendekati ketidaksempurnaan sejati dan menjauhi sejauh-jauhnya titik kesempurnaan, masih tetap stay sama yang namanya Jomblo.
Di sekolah, aku punya teman dengan postur tubuh tinggi, berisi, dan cantik. Tapi, dia itu nggak pintar dan sering nggak nyambung kalau diajak bicara. Dia itu punya banyak kekurangan yang bisa nutupin semua kelebihannya dia. Ibarat satu tetes darah yang jatuh ke laut. Bayangin aja, satu tetes darah dibandingin sama banyaknya air laut itu nggak ada apa-apanya. Satu hal yang mengherankan dari dia, dia itu nggak terjebak sama yang namanya nasib men-Jomblo.
Rasa pengen tahu itu ibarat bunga yang makin hari makin tumbuh besar terus punya akar yang makin panjang. Kira-kira itu istilah yang cocok untuk rasa pengen tahu yang ada dalam diri aku. Rasa pengen tahu itu tertuju buat perempuan yang aku sebut dengan kata “dia” tadi. Kenapa? Kenapa rasa pengen tahu itu tertuju sama perempuan itu? Jawabannya mungkin karena dia merupakan salah satu perempuan beruntung dengan wajah yang pas-pas-an itu, dia bisa bebas dengan mudahnya dari nasib men-Jomblo.
Suatu hari, aku ngelihat dia lagi jalan bareng boyfriend barunya. Waktu itu tepat pukul 15.00 WIB. Aku sengaja ngikutin dia karena kepengen tahu apa-apa aja yang dia perbuat selama jalan sama boyfriend-nya itu. Maklumlah, kebiasaan Jomblo itu memang kepengen tahu banyak tentang orang-orang yang udah punya boyfriend atau girlfriend. Tujuannya nggak lain nggak bukan ya kepengen nyari inspirasi gitu. Hahaha.
Pertama, mereka berdua jalan ke arah tanggul dekat sekolah. Di tanggul itu ada rumah makan kecil kalau nggak salah nama rumah makannya itu “Rumah Makan Samun Tarutung”. Mereka berdua makan di rumah makan itu. Keadaan langit waktu itu gelap dan awan hitam mulai menyelimuti kota. Tanpa peduli sama keadaan langit dan awan, aku terus memperhatikan gerak-gerik mereka berdua. Nasi goreng. Itu makanan pesanan mereka. Tiba-tiba mulutku menganga melihat makanan kesukaanku. Bayangin aja, nasi goreng spesial dengan ayam spesial dan bumbu spesial. “Duaarr…” sontak aku terkejut mendengar suara petir yang seolah ingin menyadarkanku dari keadaan nasi goreng yang menghanyutkan itu.
Nggak lama setelah itu, hujan deras pun membasahi kota. Tapi, niatku untuk membuntuti mereka justru makin membara. Posisiku nggak jauh dari posisi mereka berdua, tapi aku nggak bisa dengar tentang apa-apa aja yang mereka berdua bahas dalam obrolan seru mereka. Jelas aja, suara hujan yang jatuh keroyokan jadi penyebab itu semua. Hampir setengah jam aku nunggu hingga pada akhirnya hujan berhenti dan mereka berdua mulai beranjak dari tempat duduk mereka.
Perjalanan dilanjutkan. Di tengah jalan waktu ngikutin mereka, tiba-tiba orang gila ngenes yang sering dipanggil “Si Mamma” nyamperin aku. Jujur, aku udah berusaha untuk nggak peduli sama dia. Eh, dia malah makin dekat sama aku. Keringat bercucuran di pipiku. Muka memerah ibaratkan tomat busuk. Kaki gemetar bagaikan mesin cor jalanan.
“Hai, kamu pergi ya. Jangan dekat-dekat sama aku lagi. Sana!” aku ngusir dia pake suara sok lantang.
“hehehe,” balas orang gila tadi.
“Arrgghh… jangan dekat-dekat! Sana!” panjangin langkah.
“hehehe, kamu anak Mamma, anak Mamma,” dia narik-narik baju aku.
“Huaaa…”
Niat di awal itu cuma mau ngebuntutin dia sama boyfriendnya tadi. Eh, nggak ada hujan nggak ada badai malah ketemu sama Si Mamma. Lari di sekitaran kota karena dikejar-kejar sama orang gila itu ibaratkan makan sambil sakit perut. Malunya itu loh, nggak nahan. Gara-gara Si Mamma, aku kehilangan jejak mereka berdua. Ambil keputusan buat pulang ke rumah. Di perjalanan pulang, aku ngelihat teman aku yang lain yang juga lagi jalan sama girlfriendnya. Dia ngelirik ke arah aku terus dia ngasih senyum nyindir. Rasanya tuh, agak gimana.. gitu. Pasang muka tembok, aku jalan aja terus.
“Uti… Uti…” ada suara dari belakang.
“Uti… Uti… tungguin aku,”
Kepala nengok ke belakang. Ternyata ada si Labora Ambarita. Labora itu juga salah satu Jomblo yang bisa dibilang punya nasib Jomblo lebih parah dari aku. Hahaha.. maklum aja, dia itu teman aku yang kalau kita ngobrol sama dia pasti semua-muanya disangkutin sama pelajaran Biologi. Kacamata tebal, rambut gelombang, di pipi ada jerawat batunya. Biologi, pelajaran kesukaannya. Mungkin itu jadi salah satu penyebab dia bertahan sama status Jomblo itu. Tapi, biar begitu dia itu salah satu teman aku yang paling baik dan paling ngerti aku.
“Kamu dari mana?” dia nanya sama aku.
“Baru jalan-jalan dari tanggul. Kalau kamu?” aku jawab terus nanya balik.
“Aku baru ngebuntutin si Sinar. Aku lihat dia punya pacar baru Uti. Sedih deh”
Alis aku tiba-tiba naik sebelah, hidung aku kembang kempis, jidat aku ngerut, mulut aku menganga, perut serasa ada yang ngelitik, muka aku kaku.
“A… Ap.. hahaha… Wkwkwkwk”
“Kok malah ketawa? Aku serius loh Uti”
“hahaha, so do I. Hahaha”
“Ya udah, jangan ketawa lagi. Lagi sedih aku loh,”
“Iya, so do I. Wkwkwkwk”
“Jangan ketawa kau Uti. Udah gila aku,”
“So do I. Eh…”
“Wkwkwk, jadi ceritanya kita sama-sama gila ya? hahaha,”
“nggaklah, aku orangnya terus kamu yang bagian gilanya,”
“Hiks… Hiks.. Uti jahat”
Susasana waktu itu pecah jadi suasana lucu. Mulai waktu itu, aku sadar kalau status Jomblo itu nggak selalu ngasih dampak buruk kok buat kita. Status Jomblo itu malah ngasih kita banyak keuntungan. Kalau aku nggak Jomblo, mungkin aku nggak bakal bisa ketawa ngakak di tempat ramai karena alasan jaga image. Selain itu, Jomblo itu juga bisa bebas pergi ke mana aja, berteman sama siapa aja, dan nggak harus pusing mau punya penampilan kayak gimana aja.
Jomblo itu salah satu nikmat bagi orang-orang yang bisa ngambil hal-hal positif dari nasib men-Jomblo itu sendiri. Tapi, jangan mau jadi Jomblo selamanya karena kita juga harus punya pendamping hidup sampai kita tua nanti. Hidup itu cuma sekali, jadi jangan ragu buat ngelakuin hal-hal apa aja yang kita mau. Omongan orang jangan terlalu dibikin jadi beban pikiran. Jalani, nikmati dan syukuri. Itu aja, so everything will be okay.

Rabu, 09 Desember 2015

Saat hujan turun

saat hujan turun. . .
semua terasa diam
tubuh seolah kaku tak bisa bergerak
alunan irama kesedihan membakar jiiwa
tringat akan senyum di wajahmu

disaat jarak harus terbentang
kini aku hanya seorang diri
mencoba berjuang kerasnya hidup
tanpa kau tau apa yang ku rasakan

saat hujan turun. . .
semua kerinduan itu datang mengampiri
seakan ingin kembali ada di pelukannya
belaian manja yang selalu  ia berikan
kini hanya bisa terasa dengan lantunan suara

saat tetesan itu mengalir di pipiku
rasa rindu sangat kuat akan bertemu
anakmu kini seorang diri
berjuang hidup dengan kerasnya dunia
biarkan aku memeluk erat bayanganmu dari kejauhan
mama. . ..

karya : sanchika dwi anela

cinta kasihmu mama



Cinta kasihmu mama
                                                                           
                                                                                  


Aku ada dunia kebahagiaan terbesar bagimu
Dari kecil kau rawat hingga aku tumbuh dewasa
Pengorbananmu begitu luar biasa untuk anak mu
Apapun rela kau lakukan demi kebahagiaan putra putrimu

Hari demi hari aku tumbuh dengan kasih sayamgmu
Besar harapanku untuk bisa membahgiakanmu
Tiap doaku selalu ada namamu mama

Tuhan,  berikan aku kesempatan
 untuk membahagiaka orang yang aku sayang
aku ingin membahgiakan beliau di hari tuanya
seperti beliau membahgiakanku di masa kecilku
kau adalah ayah ibu sahabat bagiku
semua akan kulakukan demi kebahgiaan
kau sosok yang luar biasa dalam hidup ku mama
love you mom ….

karya: sanchika dwi anela

HIDUP ANTARA MIMPI , HARAPAN, DAN KENYATAAN


Hidup antara mimpi , harapan dan kenyataan 


Kehidupan bukanlah impian….
Kehidupan bukanlah khayalan…
Kehidupan adalah kenyataan…
Tapi terkadang impian dan khayalan yang membuat mereka hidup menjadi terasa nyata….

Semua orang punya impian, impian yang membuat mereka hidup, dan harapan yang membuat mereka bertahan dalam hidup. Tapi apa yang terjadi ketika impian dan harapan di pertaruhkan dengan yang namanya kenyataan. Seolah impian dan harapan itu hanya menjadi angan–angan belaka, sedang kenyataan  menjadi takdir hidup yang nyata yang harus di jalani dan di terima dengan lapang dada, tak memandang sakit bahkan terlalu pahit.
Begitupun yang terjadi dengan vivi, remaja 19 tahun lulusan SMA tahun 2012 kemarin. Vivi yang semula selalu terlihat ceria dengan senyum manisnya dan tawa candanya yang tak pernah hilang. Kini semuanya berubah vivi lebih terlihat seperti pemurung yang matanya selalu kelihatan sembab, dan tatapan matanya seolah kosong. Mungkin karena terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk menangis dan menguras habis air matanya.
Semua itu berawal ketika impian dan harapan vivi untuk masuk ke perguruan tinggi tahun 2013 ini sirna sudah dan menjadi kegagalan ke2, setelah sebelumnya vivi  juga gagal masuk perguruan tinggi tahun 2012 lalu. Itu semua bukan lah tanpa alasan, tapi dengan alasan yang cukup tidak bisa di mengerti, satu hal yang vivi tau adalah karena semula vivi menolak masuk perguruan tinggi pilihan orang tua dan kakaknya.
"yah oke… mungkin ini konsekuensi yang harus di ambil, harus kuliah tahun depan, aku terima itu” hanya pikiran itu yang terbesit di hati vivi.

Untuk menunggu setahun itu, vivi melawati hari-harinya dengan kegiatan-kegiatan yang seadanya “yang penting bermanfaat” pikirnya selalu begitu. Yang terpenting buat vivi adalah selama tidak merasakan kebosanan pasti vivi kerjakan.
Tapi seolah rasa bosan itu tetap datang meskipun tak di undang. Untuk itu vivi memutuskan untuk mencoba untuk melamar kerja. Meskipun hanya bebekal dengan ijazah SMA yang nilainya cukup memuasakan,tapi vivi tetap optimis dengan keputusannnya itu. Pertama kali melamar kerja di sebuah restoran yang baru beberapa bulan berdiri.
“mungkin ada harapan di sana” harap vivi
“tapi teman-temanku saja yang sudah lulus S1 masih belum dapet kerja, apalagi aku yang hanya mengandalkan ijazah SMA” pikir vivi yang perasaan itu memebuat niat vivi 0% lagi.
Dengan optimis vivi meneruskan langkahnya, vivi menitipkan lamarannya kepada teman kakaknya (kal sinta namanya), sorenya pun ia menerima telepon dari kak sinta.
“vi di suruh ke rumahnya bos ntar sore jam 5” suara kak santi di sebrang telpon mengagetkan vivi.
“oke….makasih kak” jawabnya senang hati.
“yu…. masama…..” jawab kak santi lalu menutup telpon.

Sore itu vivi di antar temannya (kak rendi) menuju rumah bos restaurant itu. Sessampainya di sana, vivi di persilakan masuk, sedangkan kak rendi hanya menuggui vivi di luar.
30 menit berlalu,vivi keluar berarti suadah selesai.
“udah vie…” tanya kak rendi simple. “udah..biasalah wawancara gitu…” jawab vivi.
Kemudian vivi dan kak rendi melaju dengan motor dengan kecepatan cukup tinngi karena hari sudah menjelang malam.
“pasti di marahin nih…” pikir vivi selama dalam perjalanan pulang.
Sesampainya di rumah vivi Cuma bilang “makasih ya kak…” dengan senyumnya, kak rendi hanya mengangguk dan berlalu pulang. Memang kak rendi adalah cowok yang keren dan
calm.
Seminngu kemudian vivi mendapat kabar bahwa ia tidak di terima kerja di sana. Hati vivi sedikit kecewa,tapi kekecawaan itu tidak harus menjadikan vivi larut dal
am keterpurukan. Vivi tetap bersikeras mencoba melamar kerja ke tempat lain, hingga beberapa kali, namun tetap hasilnya selalu nihil.
“a
hh payah aku ini gagal terus” pikir vivi dengan nada penuh kekecewaan.
“sabar teman…semua ada waktnya…” kata
-kata itu terbesit di pikiranku, itu adalah kata-kata di message hp vivi kiriman dari teman vivi yang apabila vivi mengeluhkan permasalahnnya pada dia, dia selalu saja mengirimkan message itu. Tapi entah dia di mana sekarang, kini vivi dan dia hanya berkirim message saja tapi itu membuat vivi merasa cukup karena berarti dia masih peduli terhadapnya.
6 bulan begitu cepat berlalu namun kerjaan belum di dapat pula. “gagal ni
h ngebahagiain orang tua..” pikir vivi penuh kekekcewaan.
Meskipun sebenarnya vivi tau bahwa orang tuanya tidak pernah menyuruh vivi cari keja, bahkan vivi ingat ketika orang tuanya melarang vivi untuk melamar kerja di luar kota.
“mau apa ke sana vi
?? jauh-jauh !! Tanya ayah.
‘mengadu nasib lah..” jawab vivi spontan.
“cari uang,…bukannya di rumah juga tidak kekurangan apapun?
sela ayahnya lagi
“tapi k
an….” ucap vivi tidak melanjutkan perkataannya
“sebenarnya aku cuma pengen belajar hidup mandiri dan cari kegiatan lain aja, aku cuma pengen kalian ngerti ini semua aku lakuin demi kalian juga” ucap vivi dalam hati.
“ya sudahlah…terserah..” ucap vivi sambil berlalu ke kamarnya dengan perasaan sedikit kesal.
Hari–hari selanjutnya di lewati vivi dengan kegiatan seperti dulu tanpa kegiata baru. Vivi sedikit senang ketika tau bahwa kakanya akan buka warnet.
“ntar aku yang jaga ya
hh…” pinta vivi tanpa rasa malu.
“maunya….iya de
hh….” Jawab kakanya itu.
Dengan itu bertambah kegiatan baru vivi di warnet. She is operator, dia begitu menikmati kegiatan baru nya itu. Banyak yang vivi  dapat antara pengetahuan teknologi dan informaasi terupdate. Terkadang vivi pun lebih tau bahkan so tau
.

4 bulan sudah vivi bergelut dengan kegiatan barunya sebagai operator warnet. Kini tiba saatnya orang-orang sibuk menyiapkan penerimaan mahasiswa baru (PMB) di berbagai perguruan tinggi.
Untuk itu vivi pun semangat sekali mencari program beasiswa di internet, langkah ini vivi ambil agar ia bisa masuk perguruan tinggi sedikitnya bisa meringankan orang tua. Begitu banyak informasi beasiswa yang ia dapat dari internet meskipun dengan satu klikan saja. Dan vivi pun mencoba program beasiswa dengan fakultas yang di ambil fakultas ekonomi jurusan akuntansi, maka dari itu vivi mengambil sekolah tinggi ilmu ekonomi.
Vivi mengikuti program beasiswa ini dengan niat mencari secercah cahaya harapan untuk mewujudkan impiannya. Walaupun ia tau kalau akhirnya akan di masukan ke perguruan tinggi di daerahnya.
Dan ketika vivi tau bahwa satu dari program beasiswa yang di ikutinya mererima vivi sebagai mahasiswa dengan beasiswa tersebut,vivi pun segera memeberitahukan kepada kedua orzng ruanya dengan rasa senang dan bangga.
“yah..ibu…akhirnya vivi berhasil masuk dan di terima dengan beasiswa…” uca
p vivi penuh rasa bangga. Tapi ayahnya hanya diam dan hal itu membuat vivi sedikit bingung. ”vi bukan ayah dan ibu tidak menyetujui tapi ayah ibu hanya khawatir  jika seandainya kamu kuliah di sana dan tinggal jauh dari keluarga, sedangkan di sana tidak ada sanak saudara, coba pikirkan baik-baik lagi…” ucap ayahnya tenang.
“tapi yah…” ucapan itu tidak di lanjutkan vivi, karena buat vivi percuma saja itu tidak akan pernah merubah keadaan.
“tru
s gimana ..” lanjut vivi
“ayah ibu tau apa yang kamu inginkan, tapi kamu juga harus tau apa yang kami khawatirkan, jika memang kamu ingin kuliah, kuliah saja di sini biar kami sekeluarga juga tidak cemas…”
“ya sudahlah terserah” kata vivi
“apa yang harus di cemaskan..” pikir vivi sanbil berlalu menuju kamar . seperti biasanya, dengan sedikit kekecewaan karena harapannya gak ada lagi,air matapun menetes sedikit demi s
edikit sampai rasa lelah dan cape itu datang dan membuatnya tertidur pulas dengan meninggalkan air matanya di pipi dan mata yang sembab pun membekas di pagi harinya.
Meskipun air matanya sudah sedikit terkuras tapi semua itu tidak mengurangi semangat vivi sedikitpun. Vivi yakin itu jalan terbaik dan masih ada harapan di depan sana,harapan akan vivi kuliah di perguruan tinggi di daerahnya. Setidaknya harapan vivi bisa kuliah tahun 201
3 itu akan menjadi kenyataan.

Ketika semangat vivi kembali mempersiapakan berkas
-berkas untuk melengkpai semua persyaratan masuk perguruan tinggi. Di saat itu pula permasalahan keluarga  datang, permasalahan yang tidak hanya membuat semangat vivi jadi pudar lagi tapi juga membuat vivi jadi merasa akan kehilangan atas harapan yang selama ini ia inginkan kuliah.
Semula permasalahan itu ia ketahui dari kakaknya kalau sebenarnya ayahnya mempunyai masalah yang cukup besar. Ayahnya sedang terlilit hutang yang cukup besar bekas biaya operasi ibunya setahun yang lalu. dan akhirnya vivi baru menyadari bahwa yang meyebabkan ia gagal masuk kuliah tahun 20
12 kemarin itu karena pasca operasi ibunya yang menghabisakan biaya puluhan juta rupiah, dan itu hasil pinjaman ayah ke orang lain
Sedangkan ayah tidak pernah menceritakan semua itu.
“apa mungkin ini juga kak
ak mempengaruhi niatku kali ini, semoga saja tidak” sempat vivi berpikir seperti itu, tapi dalam hitungan detik vivi segera membuang jauh jauh pikiran yang lewat sepintas itu, tapi ia tetap berharap semoga iti tidak kejadian.
Beberapa hari kedepan vivi melupakan semua permasalahn keluarganya, vivi kembali merajut semangatnya yang sempat terputus.
Ssemua berkas sudah beres tinggal ikut daftar dan tes USM. Dengan semangat yang sudah kembali pulih, vivi mengikuti tes USM yersebut. Dan seminngu kemudian hasil tes USM itu di umumkan, vivi kemudian melihat namanya di urutan 10 di antara ratusan nama yang di terima di perguruan tinggi tersebut. 

Tidak ada rasa bangga untuk kali ini, karena vivi merasa itu bukanlan perguruan tinggi popul
er yang persaingan USM begitu ketat. Tapi rasa senang dan tenang kini ada dalam hatinya. “akhirnya aku bisa kuliah juga…” pikir vivi, “tapi masalah itu…” pikiran itu terlintas lagi di benak vivi. Memang tak bis adi pungkiri, permasalahn itu telah membuat vivi sedikit ketakutan akan kehilangan kesempatan untuk kuliah lagi. “sudahlah..” pikir vivi membuang jauh-jauh pikiran itu  dengan secepat kilat.
Sesampainya di rumah, vivi menyampaikan bahwa ia di terima di perguruan tinggi itu.
“sekarang semua
sudah beres, vivi keterima di sana….” Ucap vivi riang.
Tapi ayahnya tak menanggapi perkataan vivi, ayahnya terlihat tak bersahat.
“vi..” ucap ayah vivi pelan.
“ayah harap vivi bisa mengerti dan menerima gimana kondisi keluarga sekarang, bukan ayah menghalangi harapan vivi selam
a ini, tapi sekarang ayah sedang di hadapkan permasalahan yang cukup besar” ucap ayahnya lirih.
Sontak vivi kaget, jawaban itu seolah menjadi tamparan yang amat sangat keras dan bekasnya tak mampu di hilangkan. Hati vivi hancur berkeping
-keping, air mata tak lagi mampu di bendungnya tapi tak juga mampu mengeluarkan air mata itu di depan kedua orang tuanya.air mata itu hanya ada di antara mata yang mulai memerah.
“masalah apa lagi..” ucap vivi bohong, karena sebenarnya dia sud
ah mengetahuinya.
“ vivi tid
ak perlu tau masalah ini, biarlah ini semua ayah yang menyelesaikan, ayah cuma minta kamu bisa mengerti dan menerima.. ”ucap ayah tenang sedang ibu hanya mengikutinya.
 “vivi dan kaka
k juga sudah tau yang sebenarnya, tapi kenapa harus vivi lagi yang menanggung resiko dari permasalahan itu….” ucap vivi kesal.
Ayah vivi terlihat sedikit bingung ketika tau bahwa anak
-anaknya suadah mengetahui permasalahan yang selama setahun ini di sembunyikan.
“bukan maksud ayah menyembunyikan tapi ini semua demi kebaikan kalian semua. Dan juga bukan maksud ayah tidak mau mengikuti niat baik vivi untuk kuliah. Mungkin ayah bisa saja memasukan vivi kuliah sekarang dengan membayarkan uang yang masih tersisa sekarang, tapi ayah khawatir ke depannya ” ucap
ayah sedikit melemah.
“vi
vi tau sendiri ayah hanya kerja bila ada proyek…” lanjut ayahnya.
“yah,,bu,,, vivi
cuma minta kuliah sekarang, kapan vivi minta ini itu seperti orang lain, kalo masalah uang khan gampang di cari, apalagi untuk niat baik. Buat nikahan kaka saja bisa yang butuh bukan 1 atau 2 juta tapi lebih dari 10 juta bisa sedangkan buat kuliah vivi tidak biasa.” ucap vivi sedikit marah dan hampir air matanya jatuh di pipinya tapi segera ia menahan dengan tanganya,
“terserah dah,,,” ucap vi
vi sambil menuju kamar dan membanting pintu kamarnya dengan keras yang membuat ayah dan ibunya sedikit kaget.
Seperti biasanya  di kamarnyalah vivi menumpahkan air matanya yang sudah tidak bisa di tahan lagi sampai ia tak menyadarinya bahwa ia tertidur pulas dengan meninggalkan bekas air mata di pipi dan bantal kesayangannya itu.


Sejak saat itu vivi belum bisa berpikir jernih antara harus pasrah dengan kenyataan atau bangkit dari keterpurukan untuk meraih impian dan harapannya itu. Vivi tak berhenti di situ, vivi meminta pengertian nya kepada kakak-kakaknya, tapi jawabannya tetap sama “sebaiknya vivi mengerti keadaan semua ini” kesimpulan itu yang dapat vivi ambbila dari semua pembicaraan kakak-kakaknya.
Vivi merasa sangat terpukul dengan semua kenyataan hidupnya sekarang yang tak bisa kuliah tahun ini. Kini senyumnya hilang seiring hilangnya harapan dan impian yang telah di pertaruhkan dengan kenyataan yang menurut vivi itu sangat kejam dan tak adil.
“mengapa hidup ini tak adil, kenapa semua itu datang di saat tak aku inginkan,” kata hati vivi.
Hari
-harinya hanya di jalaninya dengan kemurungan dan terkadang air mata itu pun menghiasi pipinya ketika ia teringat akan kenyataan yang sangat pahit bahkan sakit itu harus ia jalaninya.
Kesedihan tidak hanya sampai di situ, kini vivi dan keluarga harus menjual rumahnya untuk membayar utang ayahnya. Dan kembali tinggal di rumahnya yang  dulu yang semula di tempati saudaranya. Bagi vivi dan keluarga itu bukanlah hal berat karena meskipun pindah rumah toh dulu vivi juga menghabiskan masa kecilnya di rumah itu.
Masalah terberat bagi vivi adalah ketika dia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa dia tidak bisa kuliah tahun ini, selebihnya bukan masalah besar baginya.
Kini vivi hidup dengan kehidupan barunya, kehidupan seoalah di mulai dari nol lagi. Kekecewaan tetap ada di hatinya tapi itu tak membuat vivi harus terus menerus hidup dengan kekecewaan yang akan membawanya pada keterpurukan.
“aku harus bangkit dan memulai impian dan harapan baru lagi dan aku harus bisa bertahan dalam kenyataan hidup seperti ini, aku yakin masih ada jalan menuju impian dan harapan di dunia ini” pikir vivi panjang.
“semua ini hanya sebagian kecil dari lika liku hidup yang harus di jalani oleh setiap manusia” pikir vivi lagi.



Vivi mencoba mengembalikan senyumnya yang semula hilang di telan kesedihan,vivi mencoba menjalani hidup barunya dengan sabar dan ikhlas,karena ia tau dengan sabar dan ikhlas semua bisa di jalani meskipun pahit dan sakit sekalipun.
Tak lupa vivi selalu berdoa kepada
Allah.
“ya
Allah…kini aku tertunduk malu di hadapanmu, bukan lagi untuk mengadu tentang rasa hidup yang tak adil dan bukan lagi tentang impian dan harapan yang sangat ku inginkan, tapi aku hanya meminta semoga suatu saat aku tidak  menangis dan kecewa lagi seandainya kenyataan pahit lain harus ku jalani”
Permasalahan yang semula menjadi beban kini seolah telah merubah pola pikir vivi yang semula hanya mementingkan egonya saja, sekarang vivi terlihat dewasa dengan pemikiranya yang baru. Sekarang vivi mengerti akan arti dari mimpi, harapan dan kenyataan. Memang kenyataan tak seindah mimpi yang di harapakan, tapi jangan pernah berhenti untuk bermimpi dan berharap karena impian dan harapan itulah yang menjadikan kita bertahan dalam hidup.
“s
emangat vivi…” ucap vivi.

Minggu, 22 November 2015

KUNJUNGAN KE MUSEUM TIONG-HOA

kunjungan ke museum Thiong-hoa 

 

Laporan Hasil Kunjungan Ke Museum Tionghoa

Laporan Hasil Kunjungan Ke Museum Hakka Indonesia

(Museum Tionghoa)





Nama            : SANCHIKA DWI ANELA

Kelas            : 1EA09

Npm             : 16215363

Tugas           : Ilmu Budaya Dasar



Berikut ini adalah laporan hasil kunjungan kelompok kami ke Museum Hakka Indonesia yang berada di TMII







“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.” Kutipan terkenal tersebut menggambarkan tentang peran penting Negera Tirai Bambu tersebut sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia. Di Indonesia, masyarakat keturunan dari dataran Tiongkok tersebut lebih akrab disebut sebagai ‘kaum peranakan’ atau orang Tionghoa. Di era tahun 70an hingga 90-an, tercatat beberapa nama masyarakat Tionghoa di Indonesia yang menorehkan prestasi emas di bidang bulutangkis (badminton) seperti Rudy Hartono juara All England termuda sekaligus terbanyak, serta peraih emas perdana Indonesia di Olimpiade yaitu pasangan Susi Susanti bersama Alan Budikusuma, dan lainnya. Lalu di bidang birokrasi dan pemerintahan, tercatat nama Kwik Kian Gie, Menko Ekonomi di era Presiden Gus Dur dan Megawati serta Basuki ‘Ahok’ T. Purnama, Gubernur DKI saat ini.

















Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang diprakarsai pada tahun 1975 oleh First Lady Indonesia kedua, Ibu Tien Soeharto, juga turut menjembatani asimilasi atau pembauran budaya antara kaum Tionghoa dan masyarakat Indonesia. Presiden RI kedua, Soeharto, yang juga Ketua Yayasan Harapan Kita, meresmikan pembangunan Taman Budaya Tionghoa Indonesia (TBTI) pada tahun 2006 di TMII. Tahun 2012, Museum Hakka Indonesia (MHI) sebagai bagian TBTI dibuka bagi para pengunjung TMII. Selain MHI, di TBTI juga terdapat Museum Cheng Ho atau Museum Peranakan yang terletak tepat di samping MHI. Setelah mengunjungi keduanya, saya menyadari bahwa taman dan kedua museum tersebut memang sarana yang sangat tepat sebagai media perekat budaya antara kaum pribumi dan Tionghoa di Indonesia.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nisasan/bersatunya-tionghoa-dan-indonesia-di-taman-budaya-tmii_55289c2bf17e61a06a8b4587





Taman Budaya Tionghoa Indonesia (TBTI)


Taman ini sungguh tepat bagi Anda yang ingin menikmati sejuknya alam sekaligus mempelajari sejarah kaum Tionghoa di Indonesia. Bagi yang membawa buah hatinya, bisa menyewa perahu bebek dan naga yang disewakan di atas danau. TBTI juga menyediakan tempat duduk yang nyaman serta pendopo untuk berkumpul.Patung pahlawan nasional Laksamana Muda TNI John Lie di Taman Budaya Tionghoa-Indonesia TMII.


Bukti nyata nasionalisme masyarakat Tionghoa di Indonesia dapat dilihat dengan hadirnya patung pahlawan nasional John Lie atau Jahja Daniel Dharma (1911 – 1988). Patung Laksamana Muda TNI yang berbintang dua tersebut berada dalam posisi berdiri dengan tangan kirinya bertumpu pada pedang panjang sementara tangan kanannya memegang Injil (Alkitab). Selain berjiwa nasionalisme, masyarakat Tionghoa ternyata juga tetap mengenang tokoh leluhurnya yang bermoral mulia sehingga dapat dijadikan teladan bagi generasi penerusnya. Contohnya adalah patung Kwan Yu atau Guan Yu (140 -219 M). Jenderal ksatria yang setia, jujur, serta bijaksana dari marga Kwan tersebut memilih dihukum mati dan tetap setia pada negara yang dibelanya daripada harus menyerah sekalipun telah diiming-imingi harta oleh pihak lawan. Bahkan Kwan Yu kerap dipuja sebagai Dewa Kesetiaan (Kwan Sen Ti).


Jika ingin mengunjungi Museum Hakka dan Cheng Ho di TBTI, sebaiknya Anda melintasi Jembatan Kasih Sayang. Jembatan tersebut terletak tak jauh dari patung legenda cinta sejati yang abadi dan termasyhur dari Tiongkok, Sam Pek Eng Tay. Selain melalui Jembatan Kasih Sayang, pengunjung juga bisa menuju museum di TBTI melalui jalan lurus di dekat danau.



Museum Cheng Ho (Museum Peranakan)



Setelah puas berteduh di Taman Budaya, selanjutnya Anda bisa melanjutkan napak tilas tentang sejarah asimilasi atau pembauran marga Tionghoa di Indonesia dengan mengunjungi Museum Cheng Ho atau Museum Peranakan. Museum tersebut diberi nama dari pelaut muslim legendaris dari Tiongkok yang menjelajahi dunia, termasuk ke Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang dilewati oleh Cheng Ho bersama armadanya antara lain Jakarta, Palembang, Deli, Aceh, Semarang, Surabaya, Tuban, dan Cirebon. Gedung museum merupakan sumbangan dari salah satu warga Tionghoa di Sentiur, Kalimantan Timur, Bapak H. M. Yos Sutomo. Museum Cheng Ho atau Museum Peranakan di TMII Di dalam Museum Cheng Ho, terdapat foto-foto dan sejarah singkat para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari marga Tionghoa. Mereka antara lain Oei Tiang Tjoei atau Permana (1893 – 1977) dan Yap Tjwan Bing (1910 – 1988) yang sama-sama berperan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Foto tokoh Tionghoa Indonesia yang berasal dari kalangan militer dan kini di masa pensiunnya aktif mengurus Taman Budaya, Him Tek Ji atau Brigjen TNI Purnawiran Tedy Jusuf juga terdapat di sana. Tokoh nasional dari etnis Tionghoa yang turut berjuang dalam kemerdekaan.

Dari kalangan akademisi, ada Profesor Tjan Tjoe Siem (1909 -1978) dari keluarga Tionghoa Muslim sebagai profesor Jawa Modern dan Dekan FSUI – sekarang FIB UI – dari tahun 1964 hingga 1968. Untuk penulis bermarga Tionghoa, ada Kho Ping Hoo atau Asmaraman Sukowati (1926 – 1994). Uniknya, meskipun banyak menulis cerita silat berlatar belakang Tiongkok, penulis yang tersohor dengan ceritanya tentang Pendekar Gunung Lawu tersebut tidak tidak menguasai kemampuan baca-tulis dalam bahasa Mandarin. Indonesia Kepadamu Kami Berbakti.


Selain sejarah, Museum Cheng Ho juga menyimpan foto dan koleksi sejarah budaya antara lain sepasang barongsai, Martavan atau guci besar dari keramik, batik peranakan, upacara pernikahan (Chio Tau), dan buku bacaan tentang yang berkaitan dengan marga Tionghoa di Indonesia.Koleksi motif batik peranakan di Museum Cheng Ho TMII.

Bagian dalam Museum Cheng Ho di Taman Budaya Tionghoa TMII (Dokpri) Hal menarik dari bangunan Museum Cheng Ho ini adalah bangunannya yang tetap sejuk dan terang meskipun lampu dan pendingin ruangan atau AC tidak dinyalakan. Setelah diperhatikan, langit-langit dan bangunan atap yang tinggi ternyata menjadi faktor penyebab bangunan tersebut sangat ramah lingkungan

Museum Hakka Indonesia (MHI)


Bagi kalian semua yang ingin mengetahui sejarah Tionghoa, kalian dapat mengunjungi Museum Hakka Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Di sini, kalian dapat menemukan cerita kedatangan orang Tionghoa ke Nusantara, profesi orang Tionghoa pada masa penjajahan Belanda, tokoh-tokoh Tionghoa yang berjasa kepada Indonesia hingga kesenian Tionghoa.
Terletak di depan Museum Listrik dan Energi Baru, Kalian akan disambut dengan bangunan bundar mirip benteng berwarna kuning pucat di seberang danau kecil. Pintu masuk coklat dari kayu jati siap mengantarkan Kalian ke dalam lembaran sejarah Tionghoa Indonesia. Ketika masuk, bersiaplah terkejut dengan lampu-lampu lampion yang menggantung di seluruh bagian atap museum. Musik instrumental khas Tiongkok mengalun pelan, suasana daratan Tiongkok pun terasa kental.
"Nama Museum Hakka Indonesia diambil dari nama subsuku Han yang bermigrasi dari Tiongkok bagian utara menuju Tiongkok bagian selatan. Hakka sendiri dalam bahasa Indonesia berarti tamu atau pendatang. Dari sejarahnya, bangsa Tionghoa sudah menjadi tamu dan hidup di banyak negara seperti Arab, India bahkan Nusantara," kata Surikin, Pengelola Museum Hakka Indonesia saat menemani Kompas.com , Jumat (6/2/2015).
Museum ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 Agustus 2014. Berdiri di atas tanah seluas 5.000 meter, bangunan ini mengambil konsep rumah tradisional Tulou yang terkenal, yaitu Zhenceng Lou, yang terletak di Yonding Fujian, Tiongkok Selatan. Surikin menuturkan bahwa bangunan yang menjadi tempat pemukiman orang-orang Hakka dulu terkesan tertutup karena pengaruh lingkungan yang tidak kondusif karena banyak peperangan.
Ia berharap museum ini dapat menjadi jembatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengenal sejarah dan budaya Tionghoa pada umumnya dan Hakka pada khususnya. Ia juga berharap masyarakat luas dapat mengetahui keberadaan museum ini.
Museum Hakka Indonesia dibagi menjadi tiga bagian yaitu Museum Tionghoa Indonesia, Museum Hakka Indonesia, dan Museum Yodding Hakka Indonesia. Mempunyai tiga lantai, museum ini menyimpan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan Tionghoa pada umumnya dan suku Hakka pada khususnya. Semua koleksi berasal dari sumbangan dari warga peranakan Hakka Tionghoa yang tinggal di Indonesia dan juga didatangkan langsung dari Tiongkok. Pada lantai dasar terdapat panggung, perpustakaan, ruangan pertemuan, dua pasang instalasi laki-laki dan perempuan berbahan kayu yang terletak di dua sudut dekat panggung yang dapat digunakan pengunjung untuk berfoto, dan ruang lobi tengah.

Sejarah Tionghoa terungkap melalui koleksi museum di sini. Ketika memasuki ruang pamer di lantai satu, gambar peta jalur perjalanan orang Tionghoa ke Nusantara, mangkok-mangkok, foto-foto pekerja, rempah-rempah hasil Indonesia yang dibawa pedagang Tionghoa dan koleksi lukisan terpajang berjejer di dinding. Di ruangan yang berbentuk setengah lingkaran ini serasa menghisap Anda masuk ke lorong waktu menuju Tionghoa.

Koleksi di lantai dua museum ini sangat bervariasi. Mulai dari mangkok-mangkok keramik, koper-koper, tempat penyimpanan barang beserta gembok asli, arsip-arsip tua yang dituliskan karakter Han, alat-alat pertanian, tandu orang Hakka, daftar orang-orang Hakka Indonesia yang berpartisipasi dalam pembangunan, gambang kromong, wayang Potehi, kebaya peranakan Tionghoa,  dan berbagai koleksi artefak dan pusaka yang berhubungan dengan kebudayaan Tionghoa.
Pada lantai tiga, bentuk ruang koleksi masih sama dengan ruang sebelumnya. Pengunjung masuk dan keluar dari pintu yang berbeda. Di ruangan ini merupakan tempat koleksi Museum Yodding Hakka Indonesia. Di dalam ruangan ini menceritakan sejarah Yodding Hakka di Indonesia, tentang pembangunan Tolou, tokoh-tokoh Yodding, beserta kegiatan sosial yang dilakukan. Selain itu, pengunjung dapat melihat jenis peralatan toko obat Tionghoa beserta contoh-contoh obat jamu.

Untuk mengunjungi museum ini, Kalian dapat datang pada hari Selasa hingga Minggu. Jam buka museum ini mulai dari pukul 09.00 - 16.00 WIB. Ketika berada di museum ini, pengunjung akan ditemani dengan pemandu yang akan memberikan informasi seputar koleksi yang ada,dan Kalianpun tidak perlu takut kepanasan karna dimuseum ini sangat sejuk dan dingin lalu kalian pun difasilitasi oleh lift jika kalian capek untuk menaiki tangga,dimuseum inipun terdapat kamar mandi disetiap lantainya dan kamar mandinya pun bersih,wangi tidak kotor sama sekali dan kitapun merasa nyaman apabila kita berada didalam museum Tionghoa ini.Di museum Tionghoa pengunjung yang datang tidak dikenakan biaya masuk alias gratis  hanya saja dikenai biaya pada saat masuk ke TMII nya sebesar 10.000/orang nya. Jika kalian ingin mengatahui sejarah tentang Tionghoa lebih jauh Museum Hakka Indonesia ini adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi.